Dalam banyak literatur yang membahas tentang spiritual, tasawuf, psikologi, hati dan mental, baik itu ulama khalaf maupun penulis kontemporer pada umumnya mereka sepakat akan tiga hal. Tiga hal ini dapat menghilangkan depresi, kegelisahan, keresahan, dan kebimbangan. Tiga hal ini pula yang dapat membawa pada ketenangan dan kebahagiaan.
Apa tiga hal itu? Pertama, selalu mengikatkan hati kepada Tuhan, menyembah, serta tunduk dan berserah diri kepada-Nya. Dalam Islam, ini merupakan perkara keimanan yang totalitas (iman al-kubra). Setiap Muslim menyadari kehidupan ini berjalan berdasarkan ketentuan dalam qadha dan qadar-Nya. ''Tiada ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Tuhan; dan barang siapa yang beriman kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.'' (QS At-Taghabun (64): 11)
Para penulis Barat yang terkenal seperti Alexis Carlyle, Karsey Marson, dan Dale Carnegie mengakui yang bisa menyelamatkan Barat yang kini telah ambruk adalah keimanan kepada Tuhan. Mereka menyebutkan penyebab utama dan rahasia terbesar dari terjadinya tindakan bunuh diri yang kini menjadi fenomena di Barat adalah kekafiran dan keberpalingan orang-orang Barat dari Tuhan.
Kedua, memaafkan dan melupakan (forgive and forgot). Dengan memaafkan dapat membuang benih-benih kebencian, dendam, kemarahan, dan kedengkian yang membuat hati menjadi buram dan dapat menenggelamkan dalam kebinasaan dan kehancuran. Melupakan berarti menutup berkas-berkas masa lalu dengan semua kegetirannya.
Terakhir, pemahaman hari inilah yang Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya. Hari ini pula, sebaiknya Anda persembahkan kualitas keimanan, kasih sayang, keindahan akhlak, ketaatan pada Tuhan, dan keseimbangan dalam kehidupan Anda. ''Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.'' (Ali ibn Abi Tholib).
Masa depan datang dengan sendirinya, hadapi dengan wajar dan optimistis. Nabi SAW bersabda, ''Barang siapa tidur dengan tenang di tempat tidurnya, sehat badannya, memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah mendapatkan dunia dan semua kenikmatannya.'' Bukankah kondisi di atas adalah keadaan yang terjadi pada kebanyakan orang. Namun, mereka tidak pernah menikmatinya sebagai kebaikan dan kebahagiaan. Naudzu billahi min zalik.
Sumber : Hikmah Republika Online, 25-01-2007http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=280086&kat_id=14