Thursday, February 01, 2007

Umar dan Perempuan Tua

Oleh : Kholil Misbach Lc

Suatu siang, seperti biasanya Umar bin Khathab berjalan mengelilingi Kota Madinah. Kali ini Umar ditemani salah seorang sahabatnya, Ma'la bin Al Jarud. Mereka berpapasan dengan seorang perempuan tua. ''Wahai Umar,'' ujar wanita itu, ''Dahulu kami mengenalmu di pasar 'Ukadz sebagai Umair (Umar kecil), lalu menjadi Umar (pemuda yang perkasa) dan kemudian menjadi Amirul Mukminin. Perhatikanlah keadaan manusia di sekelilingmu. Barang siapa takut kepada Allah, perjalanan hidup yang jauh akan terasa dekat olehnya dan orang yang takut pada kematian ia akan khawatir bila hidupnya berakhir sia-sia.''

Umar sosok sahabat yang masyhur dengan kegagahan dan keberaniannya itu mendadak menagis. Air matanya berurai, seolah ia dihadapkan pada sebuah peristiwa memilukan. Ibnu al Jarud terkejut. Belum pernah ia melihat Umar takluk pada seseorang, seberingas apa pun dia. Kali ini ia tunduk mendengar perkataan seorang wanita tua.

Ibnu Al Jarud meminta wanita tua itu berhenti berbicara keras pada Amirul Mukminin. Tapi, Umar menyergahnya, ''Tahukah engkau siapa dia? Dia adalah Khaulah binti Tsa'labah, perempuan yang didengar pengaduannya oleh Allah SWT. Demi Allah jika ia berdiri hingga malam, akan aku dengarkan perkataannya kecuali waktu shalat.''

Kisah di atas menunjukkan kerendahhatian seorang pemimpin. Bukan karena dia tidak berkompeten. Umar, sang penakluk Syam dan Persia, bahkan sudah dijamin masuk surga, masih mendengarkan nasihat dari seorang perempuan tua dari golongan rakyat kecil tanpa bersikap sombong maupun membanggakan diri. Kemiskinan dan kelemahan dirinya tidak membuat Umar menolak nasihat dan keluhannya.

Rakyat kecil yang hina di mata manusia sejatinya adalah kunci kemenangan dan kesuksesan sebuah negara. Doa-doa mereka akan lebih mustajab dan pada diri mereka terbuka kunci amal sedekah yang tak ternilai harganya. Baginda Rasul SAW bersabda, ''Sesungguhnya engkau sekalian diberi kemenangan karena berkat orang-orang lemah (di antara) kamu.'' Beliau bila hendak berperang, selalu mengumpulkan orang-orang yang lemah untuk berdoa kepada Allah demi kemenangan pasukan Islam.

Menurut Islam semua lapisan masyarakat adalah pemain dalam kehidupan beragama. Islam tidak pernah memilah antara anggota masyarakat. Semuanya dituntut ikut andil atas kemajuan Islam semampu yang ia miliki dan menurut posisinya masing-masing. Kemuliaan hanyalah bagi orang-orang yang paling bertakwa kepada Allah, tanpa melihat tahta dan harta mereka.

Sumber : Hikmah Republika Online, 31-01-2007

No comments: