Friday, February 02, 2007

Mensikapi Keadaan

Oleh : Sabrur R Soenardi

Dalam tayangan televisi, seorang penumpang tragedi kapal tenggelam yang selamat berkisah tentang pengalamannya ketika terapung di laut. Meski lima hari, lima malam, berada di antara hidup dan mati, serta hanya meminum air hujan sebagai pengisi perutnya, ia memiliki satu modal yang mengantarkannya bisa tetap hidup: keyakinan bahwa Allah akan menolongnya. Ia tidak putus asa. Ia berpikir positif, bahwa Allah masih akan memberinya kesempatan untuk hidup dan bertemu keluarganya lagi. Dan keyakinan tersebut terbukti. Sebuah kapal nelayan menemukan dirinya, lalu membawanya ke daratan.

Kisah nyata di atas membuktikan betapa dahsyatnya kekuatan 'berbaik sangka kepada Allah'. Dia tidak berputus asa pada rakhmat Allah. Dia yakin sekali bahwa Allah pasti akan menyelamatkan dirinya, akan memberinya kesempatan untuk survive. Allah menolongnya.

Islam memang mengajarkan kita untuk tidak gampang berputus asa. Dari Waki' Ibn Adas dari pamannya, Abu Razin, katanya, Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Allah heran jika ada hamba-Nya yang berputus asa, padahal dia sangat dekat pada (nasib kehidupan) kamu-Nya.'' (HR Ahmad). Syekh Taufiq Ali Zabadi, dalam kitabnya Hatta Yadlhak Allah Lana (2003, hlm 27) menjelaskan, bahwa Allah heran, bagaimana mungkin kita berputus asa, padahal Allah sangat mungkin mengubah segalanya (qarib al-taghyir), mengubah dari satu keadaan (buruk) pada keadaan yang lain (baik) hanya dengan satu kalimat saja, ''Jadilah, maka terjadilah!'' (kun fayakun).

Ada hadis menarik lainnya yang bisa dikaitkan di sini. ''Aku bersama sangkaan (zhann) hamba-Ku kepada-Ku,'' kata Allah dalam sebuah hadis qudsi seperti diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Pesan moral hadis ini adalah bahwa sangkaan (zhann), atau dalam konteks ini keyakinan hati sang hamba pada Allah, pada dasarnya adalah sebuah doa, yang akan memengaruhi bagaimana ijabah Allah kepada dirinya. Jika sangkaannya baik, maka kebaikan pula yang Allah anugerahkan padanya. Sebaliknya jika sangkaannya buruk, maka keburukan pula yang Allah berikan kepadanya.

Dalam wacana psikologi, misalnya, dikenal istilah see-do-get. Bahwa apa pun keadaan yang kita hadapi, semuanya bergantung kepada cara kita 'melihat' (see). Lalu cara kita melihat itu akan menentukan cara kita 'bertindak' (do). Dan akhirnya, cara kita bertindak akan menentukan apa yang kita 'dapat' (get). Wallahu a'laum bish-shawab.

Sumber : Hikmah Republika Online, 01-02-2007

No comments: