Thursday, March 29, 2007

Sugesti Positif

Oleh : Yusuf Burhanudin

''Wahai orang-orang beriman, jauhilah sering berprasangka, sungguh sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan pula sebagian kamu menggunjing yang lain. Apakah kalian suka memakan daging saudara yang sudah mati. Tentulah kalian merasa jijik kepadanya, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'' (QS Al-Hujurat [49]: 12).

Prasangka baik (husnuzhan ) dalam bahasa psikologi disebut sugesti positif. Prasangka baik perlu dimiliki seseorang jika ingin meraih kesuksesan dan keberhasilan. Sugesti positif selain mencerminkan kesucian hati, juga menjadi doa, harapan, dan optimisme seseorang untuk selalu bangkit dari berbagai kegagalan dan keterpurukan.

Pepatah Arab mengatakan, ''Jika seseorang takut miskin, ia akan miskin. Jika seseorang takut hina, dirinya telah terhina.'' Sebelum kemiskinan dan kehinaan menimpa, keduanya hadir justru di saat kita terlalu mengkhawatirkan terjadi.

Mengutip Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam, berbaik sangka itu tidak hanya pada sesama. Tetapi, juga kepada Allah. Inilah ciri orang beriman, yang selalu meyakini setiap cobaan, musibah, dan derita yang menimpa tiada lain peringatan dan ujian dari-Nya. Agar kita lekas sadar dari kealpaan, senantiasa mengikuti perintah-Nya, menjauhi maksiat, serta dalam rangka mengumpulkan pahala.
Tidak ada manfaat berburuk sangka, apalagi kepada Allah. Buruk sangka selalu menyuburkan kebencian, kedengkian, dan permusuhan sehingga membuat kita abai pada misi hidup sesungguhnya di muka bumi.

Su'uzhan (prasangka buruk) adalah gambaran hati yang iri, dengki, dan penuh hasut. Saat berprasangka, seseorang menilai dengan kacamata kekurangan pada orang lain dan penuh keistimewaan memandang dirinya (egoisme). Rasulullah SAW bersabda, ''Jauhilah prasangka, prasangka itu omongan paling dusta.'' (HR Muttafaq Alaih).

Tidak ada yang paling dusta selain prasangka. Praduga didasarkan pada khayalan, ucapan didasarkan imajinasi berlebihan yang dikarang sesuai fantasinya sendiri. Inilah omongan paling dusta, tidak saja tanpa fakta tapi juga kebohongan tingkat tinggi.

Usamah, sahabat Nabi SAW, ditegur karena membunuh musuh yang mengucapkan la ilaha ilallah. Pada pengadilan militer, Usamah membela diri, musuhnya mengucapkan itu karena takut pedang. Rasulullah SAW bersabda, ''Apakah kamu membelah dadanya hingga tahu ia mengucapkan tahlil itu sungguh-sungguh atau tidak?'' (HR Muslim). Demikian Islam menjaga akhlak umatnya.

Sumber : Hikmah Republika Online, 29-03-2007

No comments: